By : Marterinus (Wa.Katua Himpunan Mahasiswa Dayak)
Saya rasa tidak banyak orang Borneo/Kalimantan yang mengetahui kalau pulau Kalimantan di juluki oleh para peneliti dari luar negeri sebagai Pulau di Awan. Julukan pulau di awan terhadap pulau Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Borneo bukan tanpa alasan, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti tersebut (1994) lebih dari 350 spesies tumbuhan/biota ditemukan dipulau borneo. Selain itu, dalam penelitian yang kemudian ditayangkan lewat salah satu stasiun TV di Indonesia (sabtu, 4 okt 2008), para peneliti itu juga memperkirakan bahwa kemungkinan besar masih banyak spesies/biota yang belum diketahui mereka.
Dalam kesempatan tersebut mereka (para peneliti) menyebutkan bahwa sekitar 6 % dari spesies/biota yang terdapat di pulau Kalimantan/Borneo merupakan spesies/biota pendukung kehidupan di dunia. Berdasarkan salah satu buku yang pernah say baca, penulis buku tersebut mengatakan Kalimantan (pulau di awan) memiliki luas hutan tropis terluas nomor dua di dunia setelah hutan amazon, dengan demikian maka menurut saya hutan Kalimantan perlu mendapatkan perlindungan khusus sehingga tetap lestari dan tidak sebatas kenangan saja seperti yang diungkan oleh para peneliti di atas.
Sebagai warga borneo sekaligus penduduk asli borneo/Kalimantan (suku dayak), menurut saya sudah sepantasnya kita semua menjaga dan memelihara kelestarian alam di Kalimantan sehingga spesies tumbuhan maupun hewan di borneo tidak rusak atau bahkan punah oleh perbuatan orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Hal ini saya rasa wajar dan wajib untuk kita lakukan, apalagi sebagai mahasiswa sekaligus warga suku dayak, kewajiban kita menjaga dan memelihara hutan/ alam borneo beserta isinya bukan merupakan pelajaran baru yang kita dapatkan, karena setahu saya tidak ada suku dayak yang mengajarkan kepada anak cucunya untuk merusak hutan.
Menurut saya kebiasaan untuk menjaga dan memelihara alam beserta isinya dapat dengan mudah kita temukan dalam kehidupan/kebiasaan hidup kita sehari-hari maupun secara turun temurun yang di wariskan oleh kakek-nenek (moyang) kita hingga orang tua dan kita sendiri untuk tidak merusak hutan. Oleh karena itu, sebagai himpunan mahasiswa dayak marilah kita bersama-sama mendorong sekaligus mengingatkan pemerintah atau siapapun untuk tidak merusak alam dan hutan Kalimantan yang kaya akan flora dan faunanya tersebut. Jangan sampai suatu saat kita mendapat tulah (kwalat) karena kita tidak menjaga dan menjalankan amanah nenek moyang dan orang tua kita dengan benar dan bijaksana.
Saya sangat berharap agar teman-teman Himpunan Mahasiswa Dayak dapat ikut mengkampanyekan/ikut terlibat menjaga dan melestarian lingkungan/alam borneo beserta isinya serta lebih peka dan mau memelihara yang sudah ada bukan merusaknya. Hal ini dapat kita wujudkan dalam bentuk sikab dan perhatian kita untuk sama-sama mendorong pemerintah baik pusat maupun daerah untuk tidak memberikan ijin kepada para investor, perusahaan/pengelola secara mudah melainkan harus dengan persyaratan tertentu, karena jika tidak demikian bukan tidak mungkin apa yang diperkirakan oleh para peneliti yang mengatakan kekahwatirana mereka terhadap kelestarian hutan borneo akan terjadi. Saya juga mengharapkan teman-teman mahasiswa dayak yang tergabung dalam HIMDAY/Himdas agar lebih serius dalam melihat dan memahami tanda-tanda yang baru-baru ini sering terjadi, misalnya banjir yang beberapa saat lalu menimpa kalsel dan kalbar. Kita (Himpunan Mahasiswa Dayak) seharusnya bisa bertindak atau mengingatkan agar penebangan dan pembabatan hutan segera dihentikan, jangan sampai setelah terjadi bencana/musibah baru bertindak karena hal itu tidak efesien dan sia-sia saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar